Tidak satupun orang Thai yang tidak tahu legenda horor Mae Naak (Nang Naak-perempuan). Di banyak desa di Thailand bahkan ada permainan namanya "Nang Nak" & ketika namanya disebutkan, anak-anak kecil pasti lari berhamburan, menjerit histeris dan kemudian bersembunyi, para ibu di negara Gajah Putih itu juga sering menggunakan nama Nang Naak untuk mendiamkan anak-anak mereka yang sedang rewel, "kalau nggak diam juga, hantu Naak akan mengejar kalian & memakan kepalamu memakai sambel!" begitu hardik para ibu disana.
Mengenai keberadaan legenda Nang Naak sampai kini masih menjadi misteri. Tidak ada bukti sejarah lain, hanya makamnya di kompleks kuil Mahabute. Namun demikian, banyak orang Thailand percaya bahwa legenda itu benar-benar ada, atau setidaknya sebagian dari legenda itu dipercaya pernah terjadi. Disebutkan bahwa Nang Naak dilahirkan di Phra Khanong sebuah daerah di Bangkok sekitar 130 tahun yang lalu kurang lebih pada masa-masa terakhir pemerintahan Raja Rama IV (1851-1868) dan kemudian meninggal 18 tahun kemudian disaat persalinannya pada masa rezim Raja Rama ke V (1868 – 1910).
Konon, legenda ini diawalai dengan kisah cinta dua remaja. Seorang gadis bernama Nang Naak jatuh cinta pada seorang pemuda tampan bernama Nai Maak. Mereka tumbuh bersama didesa yang sama, namun hubungan sepasang kekasih ini mendapat tentangan dari keluarga sang pemuda, Nai Maak, yang dikisahkan berasal dari keluarga kaya. Sedangkan si gadis, Nang Naak, hanya berasal dari keluarga sederhana.
Tidak peduli pada kerikil atau lancarnya hubungan itu, mereka berdua akhirnya menikah dan hidup bersama. Tak lama setelah pernikahan itu, Nai Maak kemudian menjadi sukarelawan wajib militer berperang melawan Cina, ia meninggalkan istri yang mengandung anaknya dengan kesedihan dan ketakutan yang mungkin akan muncul. Karena luka parah yang diderita Nai Maak akibat peperangan, ia kemudian mendapatkan perawatan yang cukup lama disebuah kuil. Sebagai istri yang setia, Mae Naak selalu menantikan saat2 kembalinya sang suami, namun hari tersebut tidak pernah ada hingga akhir hayatnya.
Berbulan bulan setelah kepergiannya, hari itu Nai Maak kembali ke desanya, sungai yang membelah daratan dimana ditepian sungai tersebut rumahnya berada, telah disusurinya. Kampung itu nampak sepi dan sunyi, ada rasa ragu dihatinya, kemana penduduk desanya…? Kenapa begitu sunyi………
Namun keraguan itu tak berlangsung lama ketika sosok perempuan yang sedang duduk dimuka rumah panggungnya ditepi sungai. Ia duduk menimang bayinya. Ia yakin itu adalah Mae Naak, istrinya dan bayi itu pastilah putranya yang lahir ketika ia berperang. Perahunya mendekat, ia tak sabar ingin segera menyapa istri dan anaknya yang telah ia tinggalkan berbulan bulan lamanya.
Nai Maak menyapa dan memeluk istri dan bayi mereka dengan suka cita, namun istrinya tidak banyak bicara, hanya sorot matanya yang sayu melukiskan kerinduan yang amat dalam pada suaminya. Pertemuan yang agak aneh itu terjadi sangat cepat namun mengesankan. Keluarga itu kembali berkumpul dan berbahagia.
Kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang mudah bagi Nai Maak (suami), hari harinya penuh dengan mimpi buruk karena trauma perang. Namun demikian, sebagai istri yang baik, Nang Naak selalu melayani suaminya dengan sebaik-baiknya.
Hari berganti hari, bulan berjalan, suatu pagi terlihat oleh Nai Maak kepala biara datang bersama beberapa pendeta muda lain menuju rumahnya. Kepala pendeta itu melihat suasana rumah Nai Maak yang lusuh, berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba, seperti rumah yang tak berpenghuni sekian lama.
Kepala pendeta telah mendengar kembalinya Nai Maak selesai berperang, namun yang membuat kepala pendeta tsb cemas adalah ceritera penduduk yang dulu pernah menjadi tetangga dekat di kampung yang sama dengan Nai Maak. Bahwa mereka meninggalkan kampung Nai Maak disepanjang tepian sungai karena hantu Nang Naak yang sering bergentayangan menyebar terror di kampung mereka.
Mengenai keberadaan legenda Nang Naak sampai kini masih menjadi misteri. Tidak ada bukti sejarah lain, hanya makamnya di kompleks kuil Mahabute. Namun demikian, banyak orang Thailand percaya bahwa legenda itu benar-benar ada, atau setidaknya sebagian dari legenda itu dipercaya pernah terjadi. Disebutkan bahwa Nang Naak dilahirkan di Phra Khanong sebuah daerah di Bangkok sekitar 130 tahun yang lalu kurang lebih pada masa-masa terakhir pemerintahan Raja Rama IV (1851-1868) dan kemudian meninggal 18 tahun kemudian disaat persalinannya pada masa rezim Raja Rama ke V (1868 – 1910).
Konon, legenda ini diawalai dengan kisah cinta dua remaja. Seorang gadis bernama Nang Naak jatuh cinta pada seorang pemuda tampan bernama Nai Maak. Mereka tumbuh bersama didesa yang sama, namun hubungan sepasang kekasih ini mendapat tentangan dari keluarga sang pemuda, Nai Maak, yang dikisahkan berasal dari keluarga kaya. Sedangkan si gadis, Nang Naak, hanya berasal dari keluarga sederhana.
Tidak peduli pada kerikil atau lancarnya hubungan itu, mereka berdua akhirnya menikah dan hidup bersama. Tak lama setelah pernikahan itu, Nai Maak kemudian menjadi sukarelawan wajib militer berperang melawan Cina, ia meninggalkan istri yang mengandung anaknya dengan kesedihan dan ketakutan yang mungkin akan muncul. Karena luka parah yang diderita Nai Maak akibat peperangan, ia kemudian mendapatkan perawatan yang cukup lama disebuah kuil. Sebagai istri yang setia, Mae Naak selalu menantikan saat2 kembalinya sang suami, namun hari tersebut tidak pernah ada hingga akhir hayatnya.
Berbulan bulan setelah kepergiannya, hari itu Nai Maak kembali ke desanya, sungai yang membelah daratan dimana ditepian sungai tersebut rumahnya berada, telah disusurinya. Kampung itu nampak sepi dan sunyi, ada rasa ragu dihatinya, kemana penduduk desanya…? Kenapa begitu sunyi………
Namun keraguan itu tak berlangsung lama ketika sosok perempuan yang sedang duduk dimuka rumah panggungnya ditepi sungai. Ia duduk menimang bayinya. Ia yakin itu adalah Mae Naak, istrinya dan bayi itu pastilah putranya yang lahir ketika ia berperang. Perahunya mendekat, ia tak sabar ingin segera menyapa istri dan anaknya yang telah ia tinggalkan berbulan bulan lamanya.
Nai Maak menyapa dan memeluk istri dan bayi mereka dengan suka cita, namun istrinya tidak banyak bicara, hanya sorot matanya yang sayu melukiskan kerinduan yang amat dalam pada suaminya. Pertemuan yang agak aneh itu terjadi sangat cepat namun mengesankan. Keluarga itu kembali berkumpul dan berbahagia.
Kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang mudah bagi Nai Maak (suami), hari harinya penuh dengan mimpi buruk karena trauma perang. Namun demikian, sebagai istri yang baik, Nang Naak selalu melayani suaminya dengan sebaik-baiknya.
Hari berganti hari, bulan berjalan, suatu pagi terlihat oleh Nai Maak kepala biara datang bersama beberapa pendeta muda lain menuju rumahnya. Kepala pendeta itu melihat suasana rumah Nai Maak yang lusuh, berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba, seperti rumah yang tak berpenghuni sekian lama.
Kepala pendeta telah mendengar kembalinya Nai Maak selesai berperang, namun yang membuat kepala pendeta tsb cemas adalah ceritera penduduk yang dulu pernah menjadi tetangga dekat di kampung yang sama dengan Nai Maak. Bahwa mereka meninggalkan kampung Nai Maak disepanjang tepian sungai karena hantu Nang Naak yang sering bergentayangan menyebar terror di kampung mereka.
Mae Naak sebetulnya telah meninggal berbulan-bulan yang lalu jauh sebelum suaminya kembali dari perang. Dan sesungguhnya Nai Maak telah pulang kerumah yang tak berpenghuni. Lalu siapa yang selama ini menemani dan merawat dia..? Apakah betul... istrinya Mae Naa? Saat hatinya galau, kepala pendeta itu menyuruhnya untuk melihat Naak yang saat itu sedang memasak dibelakang rumah, dengan cara membungkukkan badan dan melihat siapa Naak sebenarnya diantara kedua kaki yang dibentangkan. Yang terlihat kemudian oleh Nai Maak adalah peralatan memasak itu bergerak sendiri, tidak ada seorangpun disana. Jadi selama ini hantu Nang Naak telah mengelabui penglihatan Maak. Rumah yang selama ini dia lihat begitu bersih dan sejuk tiba-tiba nyata terlihat seperti yang disaksikan kepala pendeta itu: lusuh, berdebu, sangat kotor dan hampa.
lalu bagaimana ia meninggal? Pendeta itu berkisah
Saat hari bersalin tiba, dlm badai Naak berusaha melahirkan bayinya, namun persalinan itu berakhir dengan kematian, bayi itu mati bersama ibunya. Nang Naak meninggal dalam kesedihan dan kerinduan. Para tetangga yang bersimpati menguburkan mereka secara baik-baik, tapi arwah Naak tetap bergentayangan. Ketika Maak kembali dari perang, hantu Nang Naak menjelma menjadi manusia.
Kisah cinta misterius itu serta merta berubah menjadi adegan horror. Begitu mendengar kenyataan yang telah dikisahkan Kepala Pendeta, Nai Maak lari…… dan tersadar bahwa selama ini, ia telah hidup bersama hantu istri dan bayinya. Hantu Nang Naak terus mengikuti kemanapun Maak pergi. Selama perburuan itu hantu Nang Naak berlaku brutal dan tidak segan membunuh siapa saja yang menghalanginya. Penduduk desa kemudian mendatangkan dukun, para pemuka agama bahkan pengusir setan yang dari berbagai penjuru di Thailand untuk melawan hantu Nang Naak, namun usaha itu sia sia. Hantu itu terus mebunuh siapa saja yang menghalanginya bahkan para pendeta yang sedang mengamankan Maak di dalam kuil.
Akhirnya seorang pendeta muda yang datang dari daerah yang cukup jauh berhasil mendamaikan arwah penasaran Naak, beberapa versi legenda ini percaya, dialah Somdej Phra Puttajan dari Thonburi, khabarnya ia menggali kembali kubur Naak dan memberi semacam pasak yang konon ditinggalkan oleh Pangeran dari Chumporn pasak bertali itu kemudian dililitkan dikepala Naak, dan lenyap kedalam tengkoraknya ....(mirip kuntialanak yea).
Nai Maak yang berduka kemudian memutuskan untuk menjadi pendeta.
Kini, tempat pemakaman Nang Naak menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru di Thailand bahkan turis manca negara. Makam itu terletak di batas kompleks kuil Mahabute di On Nut, Sukumvit Soi 77, Bangkok. Kini, baik kuil maupun penduduk yang tinggal disekitarnya mendapatkan rejeki dari kepopuleran legenda Nang Naak.
Tertarik? Hanya dengan membayar 20 Baht (thn 2002), sudah termasuk paket yang ditawarkan yaitu masuk ke pemakaman, beberapa batang hio, sepotong kertas emas ukuran perangko dan sebatang lilin kuning akan menemani anda mengunjungi makam keramat itu; segenggam anggrek dan sebotol kecil wewangian bisa juga anda dapatkan dengan menambah sedikit uang. Anda juga dapat menemukan patung Mae Naak (Nang Naak) didalam kuil tersebut.
Naik skytrain ke stasiun On Nut. Disebelah timur Sukhumvit Road, anda akan menjumpai Soi 77. Kuil Mahabute kira-kira 900 meter dari jalan tersebut dan terletak disebelah kiri, disana carilah Soi 7. Kuil tersebut terletak di tepi sungai di akhir jalan Soi 7.
lalu bagaimana ia meninggal? Pendeta itu berkisah
Saat hari bersalin tiba, dlm badai Naak berusaha melahirkan bayinya, namun persalinan itu berakhir dengan kematian, bayi itu mati bersama ibunya. Nang Naak meninggal dalam kesedihan dan kerinduan. Para tetangga yang bersimpati menguburkan mereka secara baik-baik, tapi arwah Naak tetap bergentayangan. Ketika Maak kembali dari perang, hantu Nang Naak menjelma menjadi manusia.
Kisah cinta misterius itu serta merta berubah menjadi adegan horror. Begitu mendengar kenyataan yang telah dikisahkan Kepala Pendeta, Nai Maak lari…… dan tersadar bahwa selama ini, ia telah hidup bersama hantu istri dan bayinya. Hantu Nang Naak terus mengikuti kemanapun Maak pergi. Selama perburuan itu hantu Nang Naak berlaku brutal dan tidak segan membunuh siapa saja yang menghalanginya. Penduduk desa kemudian mendatangkan dukun, para pemuka agama bahkan pengusir setan yang dari berbagai penjuru di Thailand untuk melawan hantu Nang Naak, namun usaha itu sia sia. Hantu itu terus mebunuh siapa saja yang menghalanginya bahkan para pendeta yang sedang mengamankan Maak di dalam kuil.
Akhirnya seorang pendeta muda yang datang dari daerah yang cukup jauh berhasil mendamaikan arwah penasaran Naak, beberapa versi legenda ini percaya, dialah Somdej Phra Puttajan dari Thonburi, khabarnya ia menggali kembali kubur Naak dan memberi semacam pasak yang konon ditinggalkan oleh Pangeran dari Chumporn pasak bertali itu kemudian dililitkan dikepala Naak, dan lenyap kedalam tengkoraknya ....(mirip kuntialanak yea).
Nai Maak yang berduka kemudian memutuskan untuk menjadi pendeta.
Kini, tempat pemakaman Nang Naak menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru di Thailand bahkan turis manca negara. Makam itu terletak di batas kompleks kuil Mahabute di On Nut, Sukumvit Soi 77, Bangkok. Kini, baik kuil maupun penduduk yang tinggal disekitarnya mendapatkan rejeki dari kepopuleran legenda Nang Naak.
Tertarik? Hanya dengan membayar 20 Baht (thn 2002), sudah termasuk paket yang ditawarkan yaitu masuk ke pemakaman, beberapa batang hio, sepotong kertas emas ukuran perangko dan sebatang lilin kuning akan menemani anda mengunjungi makam keramat itu; segenggam anggrek dan sebotol kecil wewangian bisa juga anda dapatkan dengan menambah sedikit uang. Anda juga dapat menemukan patung Mae Naak (Nang Naak) didalam kuil tersebut.
Naik skytrain ke stasiun On Nut. Disebelah timur Sukhumvit Road, anda akan menjumpai Soi 77. Kuil Mahabute kira-kira 900 meter dari jalan tersebut dan terletak disebelah kiri, disana carilah Soi 7. Kuil tersebut terletak di tepi sungai di akhir jalan Soi 7.
Posting Komentar