Oleh : Ilham Al-Azhary
Sejarah kemunculannya
Agama Majusi lahir di Negara Persia pada zaman dahulu kala, dianut oleh bangsa Persia dan umumnya bangsa Arya Persia. Agama Majusi mengajarkan kepercayaan adanya dua Tuhan yang maha kuasa, yaitu tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap.
Tuhan Cahaya dikenal dengan nama “Ahuramazda”, yaitu Tuhan kebaikan dan TUhan Gelap mereka namai “Ahriman”, yaitu Tuhan kejahatan.[1]
Menurut m ereka segala kenikmatan yang ada di dunia ini adalah merupakan rahmat dari tuhan kebaikan (Tuhan Cahaya) dan kepadanyalah mereka menyembah dan beribadah. Sementara segala malapetaka dan kejahatan menurut mereka berasal dari Tuhan Kejahatan (Tuhan Gelap). Dan mereka melambangkan “Api” sebagai penjelmaan dari Tuhan Cahaya dan “Api” itu mereka nyalakan di kuil-kuil tempat peribadahan mereka. Hingga sampai sekarang api itu terus menyala karena terus dijaga dan diisi bahan bakarnya oleh para pendeta-pendeta yang bertugas menyalakannya.[2]
v Aliran dan golongan penganut Majusi
Dalam kalangan penganut Majusi terdapat berbagai aliran dan golongan (Madzahab) seperti kalangan penganut berbagai agama-agama yang lain. Diantara aliran-aliran yang terbesar adalah:
A. Zoroaster[3]
Ajaran Zoroaster diantaranya:
a. Kepercayaan kepada Tuhan
Di dalam kepercayaannya keapada Tuhan, Zoroaster berbeda dengan ajaran Majusi terdahulu yang mempercayai dua tuhan, akan tetapi Zoroaster mempercayai hanya satu Tuhan yaitu tuhan kebaikan (Ahuramazda) yang merupakan tuhan mutlak. Sementara tuhan kegelapan atau tuhan kejahatan (Ahriman) menurut ajaran Zoroaster itu bukanlah tuhan. Melaikan roh jahat yang selalu mengajak manusia untuk berbuat jahat. [4]
b. Kitab suci
Zoroaster juga memiliki kitab suci yang mereka namai dengan nama “Avesta”, sebuah kitab suci yang disusun dengan bahwa Persia kuno, (bahasa Pahlawy) yang halus, yang ada pada masa sekarang ini bahasa tersebut hamper tidak bisa dikenal. Sebagian besar kitab tersebut hilang, sebagian yang lain telah diterjemahkan ke bahasa Persia modern yang biasa dibaca oleh orang-orang Zoroaster ketika beribadah.[5]
c. Kepercayaan kepada Akhirat
Agama Zoroaster juga mempercayai kehidupan akhirat. Menurut ajarannya bahwa manusia akan melewati dua kehidupan kehidupan yang pertama adalah kehidupan dunia ini. sementara yang kudua adalah alam akherat setelah manusia mati. Dan manusia akan merasakan bahagia atau sengsara tergantung amal perbutannya di dunia.
d. Yang mempengaruhi keadaan manusia
Menurut ajarannya pula bahwa manusia di pengaruhi dua kekuatan yang saling berlawanan yaitu pengaruh roh kebaikan dan roh keburukan. Manusia diciptakan oleh Ahuramadza yang diberikan kebebasan dalam menentukan kehendak. Sehingga manusia bisa jahat dan bisa baik tergantung mereka mengikuti roh jahat atau roh baik. Jika manusia mengikuti roh baik dengan menjalankan segala kebaikan maka Ahuramadza akan memberikan pahala, sementara jika mengikuti roh jahat dengan melakukan perbuatan yang jahat, maka ia akan mendapatkan dosa.[6]
e. Terjadinya kiamat
Ajaran Zoroaster juga mempercayai akan adanya hari kiamat. Setelah dilakukan perhitungan amal manusia masing-masing maka manusia akan melintasi jalan untuk mencapai surga. Manusia yang memiliki amal yang banyak akan mudah melaluinya, semetera manusia yang banyak dosanya maka ia akan terjatuh dan masuk neraka bersama pengikut AHriman dalam siksa neraka.[7]
f. Tata cara kehidupan
Dalam kehidupan Zoroaster mengajarkan agar manusia untuk menikah, berketurunan, memelihara utsan penghidupan, pertanian dan peternakan. Sama seperti halnya agama yang lain.[8]
g. Akhlak
Zoroaster mengajarkan kepada pemeluknya untuk menolong tuhannya mengalahkan roh jahat dengan melakukan pemurnia pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik; kebersiahan hati yang pemurah dan dermawan; pengasih kepada binatang terutama hewan yang berguna; melakukan pekerjaan yang bermanfaat ; menolong kepada sesame manusia terutama orang-orang yang membutuhkan; memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik.
Inti dari ajaran Zoroaster terletak pada tiga perkara yaitu “Huhata” yang berate “Pikiran yang bik”, “Hukhata” yang berarti “Perkataan yang baik”, dan “Huharsta” yang berarti “Perbuatan yang baik”.[9]
B. Aliran Manu[10]
Diantara ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a. Tentang baik dan buruk
Menurut ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan.[11]
b. Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.[12]
c. Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.[13]
d. ‘Ibadat
Dalam ajarannya pula, aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.[14]
C. Madzdak[15]
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.[16]
D. Tsanwiyah[17]
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.[18]
E. Disahniyah
Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang lainnya... [19]
F. Zindiq[20]
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusia yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir. [21]
v Pengaruh agama Majusi dalam islam
v kesimpulan
[1] Agus Hakim, “Perbandingan Agama”, Bandung: Diponegoro, 2004, Cet. XI., Hal. 21
[2] Ibid
[3] Aliran Zoroaster didirikan oleh Zaradusyta, lahir di Azerbaijan dari suku Medya pada tahun 523 SM pada masa pemerinatahan Darius I. dia berdiam di negeri Balk dan disanalah dia mendirikan agama Zoroaster ini, pengajarannya berada diatas paham majusi lama, namun telah dirombak olehnya. Pengikutnya sendiri telah menganggapnya sebagai Nabi bagi mereka. Ibid. Hal. 22
[4] Ibid Hal 22
[5] Ibid Hal. 25
[6] Ibid Hal. 23
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid Hal. 24
[10] Aliran ini didirikan oleh seseorang yang bernama Mani, lahir tahun 216 M. sebelumnya dia pernah menjadi seorang pendeta Nasrani di Huran, dareah yang terletak di sebelah barat Furat tempat bertemunya kebudayaan-kebudayaan Yunani/Romawi, Siryani dan Persi sehingga dalam perkembangannya ajaran majusi yang didirikannya banyak terpengaruh ajaran Nasrani, sehingga terkenal dalam perkataanya: “Zoroaster dan Isa Al Masih keduanya merupakan Nabi-Nabi yang diutus Tuhan Kebaikan dengan jalan berbuat baik. Ibid Hal. 25-26
[11] Ibid. Hal 26
[12] Ibid
[13] Ibid
[14] Ibid. Hal. 27
[15] Aliran yang menggeparkan Persia adalah aliran Mazdak yang didirikan oleh seorang yang bernama Mazdak. Ia dilahirkan pada tahun 487 M. di negri Naishabury di Persia. Ia berpendapat bahwa semua manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama. Maka hendaklah mereka hidup dalam keadaan yang sama dan sederajat. Ajaran ini mirip dengan ajaran Sosialisme yang menyatakan manusia haruslah sama dan sederajat tanpa adanya tingkatan strata social satu dengan lainnya. Kemudian menurut mereka bahwa penyebab kerusakan dan peperangan di dunia ini adalah harta dan wanita. Sehingga akibatnya para pengikut mazdak memaksa orang-orang hartawan dan yang memiliki wanita untuk diserahkan kepada mereka. Akibatnya terjadilah kekacauan yang besar. Sampai akhirnya madzdak dapat dibunuh oleh Raja Kubaz pada tahun 523 M. Ibid. Hal. 27-28
[16] Ibid Hal 28
[17] Tsanwiyah berarti serba dua. Kalimat bahasa arab ini ditujukan untuk para pengikut ajaran Majusi asli yakni yang menganut ajaran dua tuhan. Yakni Ahuramadza dan Ahriman. Untuk peletak atau pembuat ajaran ini sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Ibid. Hal. 29
[18] Ibid.
[19] Ibid. Hal. 30
[20] Zindiq berasal dari bahasa Persia yaitu Zandakar diucapkan dalam bahasa arab menjadi zindiq. Paham ini dalam bahasa arab juga disebut Ilhad (Mulhid). Hal. 30
[21] Ibid.
Posting Komentar